17 Maret 2010

ROBOHNYA SURAU KAMI

ROBOHNYA SURAU KAMI

AA NAVIS

Seorang kakek bercerita kepada “aku” tentang Ajo Sidi yang menceritakan bualanannya. Kakek adalah seorang gharim yang seumur hidupnya tinggal di sebuah surau kecil yang kini tinggal kenangan saja.

Kakek tersebut seumur hidupnya digunakan untuk beribadah kepada Alloh tak ia pikirkan orang yang ada disekitarnya. Istri, anak, dan juga masyarakat. Kakaet itu hanya memikirkan kehidupan setelah dunia tapi melupakan kehidupan dunianya.

Dalam suatu hari aku berkunjung kepada kakek dan salam pun ku tak dijawab olehnya dan kakek menceritakan bualan Ajo Sidi yang kebenaranya bisa dibuktikan.

Haji Shaleh adalah orang yang sangat soleh seumur hidupnya digunakan untuk berdoa, berdzikir, solat lima waktu dan tak lupa sunahnya pun dikerjkan dan siapa pun yang melihanya pastilah menilai akan akan masuk surga tapi lain hal yang diceritan oleh Ajo Sidi, Haji Sholeh masuk neraka karena perbuatannya.

Haji Sholeh dinilai tidak melaksanakan kehidupan duniawi yang seharusnya dijalankan. Ia tidak pernah memperhatikan orang lain, ia berfikir jika hanya berkomunikasi dengan Alloh menjalankan semua perintahnya dan memuji-mujinya pastilah masuk surge. Tapi disamping itu kita juga harus melakukan hubungan dengan manusia disamping dengan Alloh agar semuanya seimbang. Karena ibadah yang sesungguhnya adalah berhubungan dengan Alloh dan juga manusia.

Pada akhir cerita Robonya Surau Kami kakek penjaga mesjid tersebut meninggal dengan menggorokan pisau pada lehernya. Sungguh tidak bertanggung jawab sekali Ajo Sidi dengan bualannya dapat membunuh orang. Dan sang kakek minta dikafan kan sebanyak tujuh lapis. Tapi disamping Ajo Sidi yang tidak bertanggung jawab terhadap bualannya sang kakek dengan begitu mudah temakan oleh cerita Ajo sidi yang seolah-olah itulah gambaran dirinya. Mungkin tujuan Ajo Sidi tepat pada sasaran untuk menyadarkan kakek agar bekerja tapi kakek merasa tidak pantas hidup di dunia ini dan menggorok lehernya.

Pada cerpen ini kita diperingatkan agar hidup selalu seimbang antara dunia dan kehidupan yang akan datang di akhirat. Dan tiak mudah termakan hasutan atau omongan dari orang yang tidk bertanggung jawab.

Kita beribadah kepada Tuhan dan berbagi kepada sesama manusia. Yang paling saya suka dari cerepen ini adalah konsepnya yang sangat unik. Bercerita, bercerita lagi, dan bercerita lagi. Sungguh sangat luar biasa dan juga imajinasi yang tinggi membayangkan kehidupan akhirat dan pemberontakan dialam sana dan membuat seolah-olah nyata. Cerpen ini disusun rumit dengan latar yang praktis namun sempurna.

Dan bagian lain yang saya suka saat sang kaket ditemukan meninggal dengan menggorok lehernya. Bukan saja kekek yang gampang sekali termakan omongan Ajo Sidi tapi juga kakek yang dimintn dikafankan sebanyak tujuh lapis. Ada dua hal yang saya tangkap dalam bagian ini. Yang pertama mungkin karena darah yang terus mengalir hingga jika dikafankan sebanyak tiga lapis yang sewajarnya, darahnya akan terus mengalir hingga menembus dan sulit untuk dikuburkan. Dan yang kedua mungkin dengan mengkafankan tujuh lapis bisa sampai kelangit ketujuh agar dosanya dimaafkan oleh Tuhan.

Berkaitan judul cerepen ini, Robohnya Surau Kami. Orang-orang saat ini sudah roboh imannya dengan tidak menghargai tempat tersebut sebagai tempat ibadah dengan anak-anak bermain-main ditempat tersebut. Juga para ibu yang mengambil kayu sebagai dinding dijadikan kayu bakar untuk memasak. Dan jaman yang sekarang orang-orang sering melupakan sholat dan ibadah lainnya. Itulah robohnya surau kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar